Pengenalan
isolasi DNA sangatlah penting, mengingat bioteknologi pada akhir-akhir ini
sangat maju, terlebih untuk bidang biologi molekuler. Beberapa bakteri telah
berhasil diintroduksi ke dalam tanaman – padi, kapas, dan kedelai. Pentingnya
bioteknologi untuk perkembangan keanekaragaman hayati dimasa mendatang
memerlukan sebuah keterampilan dan pemikiran. Melalui isolasi DNA tersebut
paling tidak akan menjadi pembelajaran bagi mahasiswa mengenai cara pengumpulan
DNA.
DNA
merupakan suatu materi genetik yang terbentuk dari dua kelompok basa yang
berbeda yang mengandung nitrogen, yaitu purin dan pirimdin. Dua purin yang
paling banyak terdapat dalam DNA adalah adenin dan guanin, dan pirimidin yang
umum adalah sitosin dan timin. Purin dan pirimidin berisi beberapa ikatan ganda
yang berhubungan. DNA tersusun atas 3 komponen utama yaitu
gula deoksiribosa, basa nitrogen, dan fosfat yang tergabung membentuk nukleotida.
DNA
terdapat di dalam setiap sel makhluk hidup yang sangat berperan penting sebagai
pembawa informasi hereditas yang menentukan stuktur protein dan proses
metabolisme lain. Teknik isolasi DNA tersebut dapat diaplikasikan, baik untuk
DNA genomik maupun DNA vektor, khususnya plasmid. Untuk memilih di antara kedua
macam molekul DNA ini yang akan diisolasi dapat digunakan dua pendekatan.
Pertama, plasmid pada umumnya berada dalam struktur tersier yang sangat kuat
atau dikatakan mempunyai bentuk covalently
closed circular (CCC), sedangkan DNA kromosom jauh lebih longgar
ikatan kedua untainya dan mempunyai nisbah aksial yang sangat tinggi. Perbedaan
tersebut menyebabkan DNA plasmid jauh lebih tahan terhadap denaturasi apabila
dibandingkan dengan DNA kromosom. Oleh karena itu, aplikasi kondisi denaturasi
akan dapat memisahkan DNA plasmid dengan DNA kromosom (Susanto, 2012).
DNA
(Deoxyribose Nucleid Acid) adalah master molekul yang mengkode semua informasi
yang dibutuhkan untuk proses metabolisme dalam setiap organisme. DNA tersusun atas 3 komponen utama yaitu gula deoksiribosa, basa
nitrogen, mitikondria, dan kloroplas. DNA yang menyusun kromosom ini merupakan
nukleotida rangkap yang tersusun heliks ganda, dimana basa nitrogen dan kedua
benang polinukleotida saling berpasangan dalam pasangan yang tetap melalui
ikatan hidrogen dan antara nukleotida yang satu dengan nukleotida yang lain
dihubungkan dengan ikatan fosfat.
DNA pada organisme tingkat tinggi seperti manusia,
hewan dan tumbuhan terdapat di dalam inti sel, dan beberapa organ lain di dalam
sel seperti mitokondria dan kloroplast. Penyebutan nama DNA juga didasarkan
pada lokasi asalnya. DNA genome inti (nuclear DNA genome)
berasal dari inti sel, DNA genom mitokondria (mitochondrial DNA genome)
berasal dari mitokondria, DNA genom kloroplast berasal dari kloroplast. Pada
organisme tingkat rendah, DNA penyusun kromosom dan plasmid dibungkus oleh
dinding sel (pada bakteri) atau dibungkus oleh protein tertentu (pada virus).
Kromosom eukariot berbentuk linear sedangkan kromosom prokariot berbentuk
sirkular. Selain itu prokariot juga mengandung satu atau lebih plasmid. Plasmid
merupakan mulekul DNA sirkular dengan ukuran yang jauh lebih kecil dibanding
kromosom.
Isolasi DNA adalah memisahkan DNA kromosom
atau DNA genom dari komponen-komponen sel lain. Sumber DNA bisa dari tanaman,
kultur mikroorganise, atau sel manusia. Membran sel dilisis dengan menambahkan
detergen untuk membebaskan isinya, kemudian pada ekstrak sel tersebut
ditambahkan protease (yang berfungsi mendegradasi protein) dan RNase (yang
berfungsi untuk mendegradasi RNA), sehingga yang tinggal adalah DNA.
Selanjutnya ekstrak tersebut dipanaskan sampai suhu 90 ̊C untuk menginaktifasi
enzim yang mendegradasi DNA (DNase). Larutan DNA kemudian di presipitasi dengan
etanol dan bisa dilarutkan lagi dengan air.
Tahap-tahap
isolasi DNA diawali dengan perusakan dan atau pembuangan dinding sel, yang
dapat dilakukan baik dengan cara mekanis seperti sonikasi, tekanan tinggi,
beku-leleh maupun dengan cara enzimatis seperti pemberian lisozim. Langkah
berikutnya adalah lisis sel. Bahan-bahan sel yang relatif lunak dapat dengan
mudah diresuspensi di dalam medium bufer non osmotik, sedangkan bahan-bahan
yang lebih kasar perlu diperlakukan dengan deterjen yang kuat seperti triton
X-100 atau dengan sodium dodesil sulfat (SDS). Pada eukariot langkah ini harus
disertai dengan perusakan membran nukleus. Setelah sel mengalami lisis, remukan-remukan
sel harus dibuang, biasanya pembuangan remukan sel dilakukan dengan
sentrifugasi. Protein yang tersisa dipresipitasi menggunakan fenol atau pelarut
organik seperti kloroform untuk kemudian disentrifugasi dan dihancurkan secara
enzimatis dengan proteinase. DNA yang telah dibersihkan dari protein dan
remukan sel masih tercampur dengan RNA sehingga perlu ditambahkan RNAse untuk
membersihkan DNA dari RNA. Molekul DNA yang telah diisolasi tersebut kemudian
dimurnikan dengan penambahan amonium asetat dan alkohol atau dengan sentrifugasi
kerapatan menggunakan CsCl.
Isolasi
DNA diawali dengan perusakan dan atau pembuangan dinding sel, yang dapat
dilakukan baik dengan cara mekanis seperti sonikasi, tekanan tinggi, beku-leleh
maupun dengan cara enzimatis seperti pemberian lisozim. Langkah berikutnya
adalah lisis sel. Bahan-bahan sel yang relatif lunak dapat dengan mudah
diresuspensi di dalam medium bufer nonosmotik, sedangkan bahan-bahan yang lebih
kasar perlu diperlakukan dengan deterjen yang kuat seperti triton X-100 atau
dengan sodium dodesil sulfat (SDS). Pada eukariot langkah ini harus disertai dengan
perusakan membran nukleus (Susanto, 2012).
Setelah
sel mengalami lisis, remukan-remukan sel harus dibuang. Biasanya pembuangan
remukan sel dilakukan dengan sentrifugasi. Protein yang tersisa dipresipitasi
menggunakan fenol atau pelarut organik seperti kloroform untuk kemudian
disentrifugasi dan dihancurkan secara enzimatis dengan proteinase. DNA yang
telah dibersihkan dari protein dan remukan sel masih tercampur dengan RNA
sehingga perlu ditambahkan RNAse untuk membersihkan DNA dari RNA. Molekul DNA
yang telah diisolasi tersebut kemudian dimurnikan dengan penambahan amonium
asetat dan alkohol atau dengan sentrifugasi kerapatan menggunakan CsCl
(Susanto, 2012).
Semakin rendah kadar air dalam buah maka semakin
tinggi hasil presipitasi DNA, dan sebaliknya jika buah yang memiliki kadar
air tinggi makan nantinya akan menghasilkan presipitasi DNA yang rendah.
Plasmida
adalah unsur genetik di luar kromosom (ekstrakromosoma) yang mengadakan
replikasi secara autonom di dalam sel bakteri. DNA-nya berbentuk lingkaran dan
beruntai ganda, dan plasmida itu mendukung gen yang diperlukan baik untuk
replikasi plasmida maupun untuk fungsi lain. Umumnya wahana plasmida mempunya
densitas apungan berlainan daripada DNA inang dan dengan mudah dapat
dimurnikan. Beberapa plasmida memiliki beberapa kemampuan untuk berintegrasi ke
dalam kromosom inang, dan plasmida ini disebut episom.
Inti
dari isolasi plasmid bakteri adalah menghancurkan membran sel sehingga semua
organel sel dapat keluar, sehingga didapatkan DNA kromosomal serta DNA
ekstrakromosmal (plasmid). Perolehan plasmid harus dilakukan pemurnian dari
debris membran sel, organel sel dan pengotor lainnya. Metode yang digunakan
untuk isolasi plasmid, yaitu boiling lysis, lysis with detergent, mechanical
lysis, alkaline lysis, dan enzimatic digestion. Metode yang paling banyak
digunakan dalam isolasi ini adalah metode alkaline lysis. Variasi bentuk DNA
memiliki perbedaan sifat pada keadaan alkalis. DNA kromosom dan DNA plasmid
dapat merenaturasi dengan membutuhkan lama waktu yang berbeda.
Salah satu prinsisp isolasi DNA
yaitu dengan sentrifugasi. Sentrifugasi merupakan teknik untuk memisahkan
campuran berdasarkan berat molekul komponennya. Molekul yang mempunyai berat
molekul besar akan berada di bagian bawah tabung dan molekul ringan akan berada
pada bagian atas tabung. Hasil sentrifugasi akan menunjukkan dua macam fraksi
yang terpisah, yaitu supernatan pada bagian atas dan pelet pada bagian bawah.
DNA yang telah diisolasi diuji
kualitas dan kuantitasnya melalui elektroforesis dan spektrofotometer.
Elektroforesis memisahkan DNA, RNA, dan protein berdasarkan bobot molekul dan
muatannya dengan menggunakan media pemisah. DNA bermuatan negatif sehingga pada
elektroforesis DNA akan bergerak dari kutub negatif ke kutub positif. Kecepatan
pergerakan ini tergantung pada ukuran molekul DNA, kerapatan media gel yang
dilalui DNA, serta arus listrik yang diberikan untuk bermigrasi molekul. Hasil
elektroforesis DNA total akan menunjukkan adanya pita-pita DNA yang diisolasi
dari bakteri Escherichia coli yang kemungkinan adalah DNA
plasmid.
Sebuah isolasi
yang baik harus sederhana, cepat dan efisien serta menghasilkan jumlah DNA yang
cukup berkualitas tinggi yang cocok untuk analisis molekuler. Hasil DNA dari
protokol yang dioptimalkan diamati secara luas bebas dari polyphenolik dan
metabolit sekunder, sebagaimana ditentukan oleh digesti yang sukses dengan
restriksi endonuklease dan amplifikasi PCR. Semua metode tersebut pada umumnya
menggunakan detergen seperti SDS untuk melisiskan dinding sel, dan sering
menghambat manipulasi pemurnian lebih lanjut (Alatar, et al, 2012).
DAFTAR REFERENSI
Alatar,
AA, et al. 2012. Simple And Rapid Protocol For The Isolation Of PCR-Amplifiable DNA From Medicinal Plants.
Genetics and Molecular Research 11 (1): 348-354.
Campbell, N.A. 2002. Biologi 5th
ed. Erlangga, Jakarta.
Goodenough, ursula. 1988. Genetics. Erlangga, Jakarta.
http://wanenoor.blogspot.com.
Istanti, Annie. 1999. Biologi Sel. Biologi FMIPA UM,
Malang.
Jamilah. 2005. Pengaruh Berbagai Macam Deterjen, Penambahan Garam dan Ekstrak Nanas
(Ananas comusus) terhadap Hasil Isolasi DNA Berbagai Macam Buah sebagai
Topik Praktikum Mata Kuliah Genetika. Skripsi tidak diterbitkan. Program
Sarjana Biologi, Malang.
Muladno, 2002. Teknik Rekayasa Genetika.
Pustaka Wirausaha Muda, Bogor
Suharsono dan Widyastuti, U. 2006.
Penuntun Praktikum Pelatihan Teknik Pengklonan Gen. Pusat Penelitian
Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi, IPB. Bogor.
Susanto,
Agus Hery. 2012. Bahan Ajar Biologi Molekuler. Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto.
Terimakasih blognya sangat membantu saya dalam pembuatan laporan :)
BalasHapus