وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ
الْمَاءِ بَشَرًا فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصِهْرًا وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيرًا
Dan Dia (pula) yang menciptakan
manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa. (Al-Furqaan:54)
Kita adalah air
yang mengalir
dari comberan
melewati berbagai
rantai makanan
menuju tempat penyimpanan
dimuntahkan pada wadah
persemaian
lalu
tumbuh, tumbuh
dan tumbuh
menjadi kita yang
kasar,
kita yang
sombong,
kita yang
pemarah,
kita yang merasa
paling kuat perkasa
Air adalah aku
Air adalah kau
Suaramu suara air
yang kadang
berdesah lembut laksana butir-butir air yang terbawa angin semilir
terkadang berisik
ramai bagai jeram
Tabiatmu tabiat
air
yang kadang
dingin bagaikan salju
kadang panas
menggelegak bagai air mendidih
Andap asormu
pekerti air
yang kadang
tawadlu
laksana air yang
selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah
dan terkadang
takabur membubung dada membesar kepala
laksana air
menguap ke angkasa mengancam bagai mega-mega
Ketegaranmu
ketegaran air
yang terkadang
kukuh menjulang laksana gunung es abadi
dan terkadang
luluh menggenang terombang-ambing tanpa pendirian
bagai air di atas
daun talas
kadang tanpa daya
bagai rintik hujan jatuh tertelan bumi
dan terkadang
buas bagaikan air bah yang menerjang menelan dan menelanjangi bumi
menghanyutkan
mencerabut pasak-pasak bumi
Kesabaranmu
kesabaran air
yang terkadang
menyejukkan bagai tetes embun di padang gersang
dan terkadang
penuh angkara murka
bagaikan
gelombang pasang yang siap menghancurkan segalanya
hingga kau lupa
dan berkata,”Kau, kau belum tahu, siapa aku?”
Ah .. kau
Kau,
Kau,
hanyalah air
(crut!)
O.. air
Buang kata
kerasmu!
Singkirkan
kesombonganmu!
Simpan amarahmu!
Kendalikan
kekuatanmu!
Agar kau menjadi
air yang kubutuhkan
Agar aku menjadi
air yang kau butuhkan
Tatkala haus,
kuminum engkau
T atkala lapar,
kutanak beras dengan engkau
Tatkala panas
menyengat, kuberendam dalam angkau
Tatkala tubuhku
rusuh, dekil, dan kotor, kumandikan dengan engkau
Tatkala aku mohon
ijin ke belakang, kubuang engkau yang kecil yang sedang dan yang besar
Lalu kubasuh
engkau dengan engkau
Tatkala emosiku
memuncak,
amarahku menggelegak,
gigiku gemeretak,
mataku melotot
membelalak,
berdiriku di atas
kaki yang tegak
di atas meja
tanganku menggebrak
angkara murka
membuat kepalaku hampir meledak
tatkala itu
kusiram engkau
dengan air.
Ana
Diana Solich
Tidak ada komentar:
Posting Komentar